MAGELANG – Program Wirabeasiswa yang digagas LPUBTN berupa pengguliran dan pemeliharaan kambing secara berkala, menjadi alat pendidikan karakter bagi para peserta didik dan orang tua. Hal ini disampaikan Ketua LPUBTN Rm. F. A. Sugiarta, SJ saat berjumpa dengan para peserta program Wirabeasiswa LPUBTN di Desa Gantang, Kabupaten Magelang, Kamis (7/3). “Kambing yang dititipkan secara bergantian kepada anak-anak dan orang tua dalam program ini memiliki banyak manfaat, guna membangun karakter para siswa-siswi. Ada semangat untuk bersikap disiplin merawat dan memberi makan secara teratur, ada tanggung jawab sebagai peserta menjaga kelangsungan hidup kambing, dan kejujuran dalam mengelola segala manfaat dari kambing ini,” ungkap Romo Giarta yang juga menjadi pengelola KPPT Salatiga ini.
Kambing-kambing yang sudah diberikan kepada para peserta, mulai dari mereka yang duduk di bangku sekolah dasar, hingga sekolah menengah atas ataupun kejuruan, akan berganti ke peserta lainnya setelah kambing betina Wirabeasiswa melahirkan untuk yang kedua kalinya. Bagi peserta dan keluarganya anakan dari kambing tersebut, bisa menjadi sumber pembiayaan pendidikan. “Tinggal si anak dan orang tuanya harus menyadari peran mereka masing-masing. Jangan hanya orang tua yang mencari pakan, tetapi anak-anak yang mendapat tanggung jawab juga harus ambil bagian. Terlebih lagi, mereka sebagai siswa-siswi yang terpelajar harus mampu memberi teladan, lewat daya juang dan semangat untuk mau melanjutkan pendidikan, bahkan hingga perguruan tinggi melalui kambing-kambing anakan yang dihasilkan,” tambah Romo Giarta yang ditegaskan pula oleh koordinator penggerak LPUBTN Caecilia Isti Sumiwi.
Salah seorang peserta program Wirabeasiswa ini Yosia Refa Nedabia, menuturkan bahwa kambingnya sekarang sedang menggandung untuk kedua kalinya. Putri sulung salah satu petani di Desa Gantang, Ignatius Teguh ini berharap program ini mampu menopang biaya pendidikannya. Refa saat ini duduk di bangku sekolah dasar kelas 6. “Adanya kambing ini memacu saya untuk mau belajar sungguh-sungguh membagi waktu. Orang tua sering mengingatkan untuk mau terlibat merawat, sekaligus ikut belajar memanfaatkan intil (kotoran kambing) dan urinnya, sehingga bisa menjadi penopang kegiatan pertanian pula,” ungkap Refa.
Ketahanan Pangan
Kehadiran program Wirabeasiswa ini, juga menjawab tantangan masa depan para warga Desa Gantang yang sebagian besar berprofesi sebagai petani, sekaligus peternak dengan rata-rata kepemilikan sapi dua ekor untuk masing-masing kepala keluarga. “Kami mencoba mengelola lahan pertanian kami sedemikian rupa, sehingga mampu menghasilkan hasil panen cabai, buncis, dan tomat dengan harga yang tidak anjlok,” kata salah seorang petani dan peternak yang ikut dalam pertemuan tersebut, Martinus Sukir, yang datang bersama putranya Sonang Andika yang juga turut dalam program Wirabeasiswa.
Sukir membagikan pengalamannya terkait kesulitan-kesulitan yang dihadapi petani, serta peternak yang masih memerlukan tambahan pengetahuan dalam mengembangan usahanya sehari-hari. Atas dasar permintaan tersebut, maka para pengelola dan penggerak LPUBTN di wilayah Kevikepan Kedu dan pusat, mencoba menjawabnya dengan memberikan beberapa pelatihan dan petunjuk praktis pemeliharaan hewan ternak, khususnya sapi dan kambing.
Pada kunjungan di Desa Gantang ini, salah satu penggerak LPUBTN Eko memberikan pelatihan terkait pembuatan biang dekomposer pupuk, pupuk Indus (Intil Wedhus), dan pupuk Kopi (Kotoran Sapi) yang langsung bisa dipraktekan oleh para peserta Wirabeasiswa dan para orang tuanya. Selain Eko, ada dokter hewan Vicentius Wasisto Pramono yang juga mempraktikan beberapa kasus pengobatan penyakit sapi dan kambing. “Semua yang diajarkan hari ini sangat dibutuhkan para petani dan peternak Gantang, mudah-mudahan pelatihan demikian dapat digelar rutin, sehingga kami bisa melaksanakannya secara mandiri,” ungkap Ignatius Teguh di sela-sela praktek pembuatan pupuk.
Langkah-langkah yang dilakukan LPUBTN ini sangat diapresiasi PSE Paroki Banyu Temumpang Kevikepan Kedu, Santo. Berdasar petunjuk PSE KAS dan romo Paroki Banyu Temumpang, para warga Gantang yang terlibat aktif di bawah binaan LPUBTN terus didorong untuk mencapai kesejahteraan hidup yang baik. “PSE Paroki tentu akan mendukung lewat pengajuan permintaan dari para warga Gantang, tentunya juga disesuaikan dengan kebutuhan dan anggaran yang tersedia,” kata Santo. Nantinya seluruh proses pembinaan dan pemberdayaan petani serta peternak yang saling terkoordinasikan ini, akan diarahkan menjadi bentuk produksi massal guna memenuhi kebutuhan hidup, serta kebutuhan pasar hasil-hasil pertanian dan peternakan. (Army)