SEMARANG – Pangan di sektor maritim masih jarang dikenal luas oleh masyarakat. Oleh sebab itu, warga Tambaklorok di bawah koordinasi PKK Kelurahan Tanjung Mas dan Lembaga Pendamping Usaha Buruh Tani Nelayan Keuskupan Agung Semarang (LPUBTN KAS) menginisiasi pengenalan dan pemberdayaan pangan lokal tersebut, dalam wadah diskusi dan festival pangan lokal yang digelar di Rumah Apung Tambakrejo RW 16 Kelurahan Tanjung Mas, Sabtu (26/10). Adapun pelaksanaan kegiatan ini bertepatan dengan perayaan Hari Pangan Sedunia (HPS) yang jatuh pada bulan ini.
Tema yang diangkat pada kegiatan tahun ini, yakni “Memberdayakan Pangan Lokal Tambaklorok”. Tema ini disesuaikan dengan tema besar pemerintah yang mencanangkan “Teknologi Industri Pertanian Menuju Indonesia Lumbung Pangan Dunia 2045”. Teknologi industri pengolahan pangan menjadi topik bahasan utama dalam kerangka besar pemberdayaan pangan lokal Tambaklorok, maka pada diskusi ini panitia mengundang narasumber ahli dari Fakultas Teknologi Pertanian Unika Soegijapranata, Retnaningsih, yang membawakan materi terkait standarisasi dan higienitas pangan lokal hasil olahan tangkapan laut Tambaklorok. Dalam paparannya Retnaningsih atau yang kerap disapa Bu Nik, memberi penjelasan mengenai pengolahan pangan lokal di Tambaklorok yang sesuai dengan kaidah-kaidah kesehatan dan kebersihan, agar layak dikonsumsi khalayak luas.
Harapan ke depannya pangan lokal Tambaklorok yang sudah diolah dengan teknologi industri pangan yang baik akan mampu mengangkat kesejahteraan warga, dan membuka lapangan kerja di sektor UMKM. Hal ini disampaikan Lurah Tanjung Mas Priyo Sumbogo sebagai bentuk dukungan bagi pengembangan Kampung Wisata Bahari yang sudah direncanakan pemerintah beberapa tahun ini. Selain Lurah, turut hadir beberapa tokoh masyarakat di antaranya Slamet Riyadi selaku Ketua RW 15 dan Slamet Riyanto selaku Ketua RW 16 Kelurahan Tanjung Mas, yang turut mendampingi pemberdayaan UMKM, sekaligus pelaku penggerak industri pengolahan hasil laut lainnya.
Sementara itu, bagi LPUBTN KAS kegiatan ini sebagai bagian dari proses pemberdayaan yang sudah dilakukan sejak 2010 di Tambaklorok. Di bawah koordinasi Caecilia Isti Sumiwi, LPUBTN dan lembaga John Dijkstra Institute (JDI) ke depan mendorong lebih banyak lagi dukungan berbagai pihak dalam mengangkat pangan lokal di Tambaklorok. Isu ketahanan, kelangkaan, kesehatan, dan kemandirian pangan harus mampu dipecahkan bersama-sama dengan lembaga pemerintah dan sektor swasta, seperti Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kota Semarang, sehingga masyarakat Tambaklorok benar-benar berdaya menjaga warisan pangan lokalnya, dan mampu berdaulat mengelola laut sebagai sumber bahan baku utamanya.
Beberapa pangan lokal yang ditampilkan dalam festival tahun ini diantaranya sayur mangun panggang pe dan ndas manyung, oseng-oseng kerang kijing, blenyik, nuget rebon, dan olahan hasil laut lainnya. Semua pangan lokal ini diproduksi warga secara swadaya.