Peringatan Hari Bumi Sedunia (Inggris: Earth Day) yang jatuh pada 22 April ini, diperingati oleh John Dijkstra Institute (JDI) dengan menggelar diskusi terbuka keempat bertajuk “Mengelola Sampah, Menjaga Kehidupan”. Diskusi bertempat di Kantor LPUBTN – John Dijkstra Cafe & Library Jl. Srigunting No. 10 Kota Lama, Semarang pada Sabtu, 27 April 2019 lalu. Masalah pengelolaan sampah rumah tangga menjadi sorotan khusus, terutama terkait pengelolaan sampah-sampah plastik. Dalam diskusi ini turut hadir perwakilan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Jawa Tengah (WALHI Jateng), dan Kelompok Studi Ekosistem Mangrove Teluk Awur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (Kesemat FPIK Undip).
Walhi Jateng yang diwakili Abdul Ghofar selaku Manager Advokasi dan Kampanye WALHI Jateng, mengangkat narasi tentang Keterancaman Pesisir, PLTSa, dan Strategi Pengurangan Sampah di Jawa Tengah. Dalam paparannya Ghofar memberikan solusi secara menyeluruh untuk menghentikan peredaran sampah-sampah plastik, dengan mengusulkan pembuatan peraturan daerah yang lebih tegas. “Kota ataupun kabupaten di Jawa Tengah harus berani memulai dengan menetapkan pelarangan penggunaan kantong-kantong plastik, tanpa pandang bulu. Langkah ini akan berdampak pada kredibilitas Jawa Tengah sebagai pionir gerakan hijau yang sesungguhnya,” kata Ghofar yang tengah menempuh studi di Program Magister Lingkungan dan Perkotaan (PMLP) Unika Soegijapranata ini.
Tantangan Walhi Jateng ini ditanggapi serius oleh DLH Kota Semarang dengan sejumlah aksi-aksi nyata yang digagas pemerintah. Dalam diskusi kali ini, DLH Kota Semarang mewakilkan Th. Wahyu Harso Prakoso selaku Kasie Pemulihan Lingkungan dan Perubahan Iklim DLH Kota Semarang dengan memaparkan materi Pengelolaan Sampah dalam Rangka Mendukung Aksi Mitigasi Perubahan Iklim di Kota Semarang. Keberadaan sampah yang mencemaskan ini memang menjadi perhatian penuh pemerintah. “Pemerintah tidak tinggal diam dalam menangani sampah, lewat sejumlah terobosan media pelaporan dan gerak petugas di lapangan yang aktif memantau sudut-sudut kota. Hal ini perlu proses yang tidak sebentar, dan tidak bisa langsung ditegaskan dengan pelarangan total. Oleh sebab itu, perlu kajian mendalam dan akurat baik atau buruknya kebijakan sampah ini,” papar Wahyu. Selain itu, DLH Kota Semarang selalu mengajak masyarakat untuk aktif terlibat memerangi penggunaan sampah dengan semangat 5 R (Reduce, Reuse, Recycle, Replace, and Repair).
Sementara pembicara terakhir diisi oleh Bifa Aulia Manuhuwa selaku Mantan Presiden Kesemat Ilmu Kelautan Undip dengan materi Waste Management and Integrated Coastal Management Site Semarang. Materi ini menjadi alternatif jawaban buntunya kebijakan pemerintah yang perlu proses tidak sebentar. Bifa dengan jernih menguraikan inovasi dan kreasi sampah yang berangkat dari ide masyarakat. “Kita tidak boleh melupakan peran masyarakat secara swadaya dan swakelola untuk mengelola sampah ini. Bentuk sampah yang dikreasi sedemikian rupa sehingga tanpa menunggu lama, mereka mampu menghasilkan barang-barang dari bahan baku sampah yang menarik dan berdaya saing,” ungkap Bifa.
Diskusi ini berjalan menarik dan membawa puluhan orang ikut serta berdiskusi dengan para pembicara. Total dalam diskusi ini dihadiri lebih dari 50 peserta dari berbagai komunitas, akademisi, BEM se-Kota Semarang, dan LSM yang peduli terhadap kelestarian lingkungan hidup. “Besar harapan panitia bisa mengajak peserta-peserta lainnya untuk terlibat aktif dalam diskusi-diskusi dengan beragam isu-isu populer, serta bagi peserta yang hadir dapat mempertahankan jaringan yang sudah terbentuk, sehingga tercipta jejaring antarlembaga yang luas, baik secara formal, maupun non formal. Itu semua demi memperkuat pembangunan kesejahteraan, kelestarian lingkungan hidup, kedamaian, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” ujar Koordinator LPUBTN Caecilia Isti Sumiwi. (Army)