Sampah tidak melulu masalah, tetapi dapat diolah menjadi berkah. Hal tersebut yang menjadi semangat beberapa penggerak sosial di Kampung Nelayan Tambak Lorok Semarang untuk membentuk kelompok Bank Sampah Berkah Bahari.
LPUBTN memfasilitasi perjumpaan antara kelompok Bank Sampah Berkah Bahari dengan kelompok Bank Sampah Guyub Rukun dari Kemijen pada minggu siang tanggal 07 Oktober 2018. Pertemuan tersebut menjadi ruang diskusi dan berbagi pengalaman supaya tiap kelompok dapat saling belajar bersama sekaligus membangun jaringan.
Kelompok Bank Sampah Berkah Bahari ingin mendengar langsung pengalaman dari kelompok yang telah lebih dulu melakukan, yakni dari Bank Sampah Guyub Rukun. Bagi kelompok Bank Sampah Berkah Bahari, secara khusus, perjumpaan tersebut dapat membuat rasa semakin percaya diri untuk terus melakukan pengelolaan dan pengolahan sampah di lingkungan tempat tinggal. Intinya, bank sampah adalah sesuatu yang sangat mungkin untuk diciptakan.
Pak Burhan sebagai Ketua Kelompok Bank Sampah Guyub Rukun menjelaskan asal muasal komunitasnya yang kini sudah berjalan delapan bulan terakhir di RT 05 / RW 11 wilayah Kemijen, Semarang. Meskipun sempat dibantu oleh dana sosial perusahaan, namun kini kelompoknya sudah mampu menyiapkan segala kebutuhannya secara mandiri dan dapat berjalan berkelanjutan.
Awal persiapan untuk membentuk kelompok, lanjut Pak Burhan, dapat dilakukan mulai dari hal yang terkecil seperti kepengurusan, penyusunan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, serta pengesahan dari pemerintah setempat bahkan hingga menyiapkan tempat bank sampah dan mengajak para nasabah.
“Kepengurusan tidak perlu banyak orang, cukup hanya ketua dan bendahara karena menjadi pengurus tidak mendapatkan upah, dan yang terpenting adalah pemilah sampah karena menjadi sosok kunci dari Bank Sampah untuk memilih sampah guna meningkatkan harga jualnya”, tegas Pak Burhan.
Pada sesi tanya jawab, Mba Nana dan kawan-kawan dari Kelompok Sampah Berkah Bahari tidak ragu apalagi sungkan untuk segera mengajukan beragam pertanyaan kepada Pak Burhan. Semisal, Bagaimana membangun kesadaran masyarakat untuk peduli sampah? Bagaimana memilah sampah yang baik? Bagaimana membuat sistem bank sampah? Bagaimana mengatasi selisih timbangan? dan sederet pertanyaan lainnya.
Bagi Pak Burhan, sudah tentu membangun kesadaran masyarakat tidak mudah apalagi secara instan. Kelompok Bank Sampah Guyub Rukun mulanya dimulai dari satu RT yang hanya terdiri dari lima puluhan keluarga. Dengan kata lain, sesuatu dapat dimulai dari kecil saja, yaitu mulai dari para tetangga terdekat hingga tingkat RT saja.
Selanjutnya, para pengurus harus selalu melakukan sosialisasi mengenai pentingnya bank sampah sebagai bagian dari ekonomi, menukar (barter) sampah dengan barang (contohnya beli pulsa dengan sampah), menabung untuk kepentingan pribadi maupun tetangga (yang mana sekarang sudah bisa piknik bersama dan gratis), dan terakhir adalah sedekah, yaitu menghimpun sampah untuk menjadi dana sosial agar dapat saling membantu anggota masyarakat.
Bertolak dari tukar pengalaman dan belajar bersama antara Kelompok Bank Sampah Guyub Rukun dan Berkah Bahari, keduanya pun sepakat untuk terus saling bekerjasama dan berjejaring dengan Kelompok Bank Sampah lainnya yang ada di Semarang, baik itu Paguyuban Bank sampah maupun Dinas Lingkungan Hidup. (ƒdr)