Di Semarang, Tambak Lorok bukanlah suatu tempat yang asing lagi di telinga. Tambak Lorok merupakan salah satu daerah penghasil ikan tangkapan nelayan di Ibu Kota Jawa Tengah. Namun demikian tidak semua ikan hasil tangkapan para nelayan dapat diperjualbelikan di pasar. Ikan-ikan kecil yang terjaring dalam tangkapan nelayan biasanya kurang mendapat perhatian atau mampu bernilai ekonomi tinggi bagi para nelayan sendiri. Padahal, ikan-ikan tersebut atau biasa disebut juga ikan rucah memiliki kandungan protein dan lemak yang relatif tinggi.
LPUBTN lmelaluiJohn Dijkstra Institute dan bersama para penggerak sosial ekonomi di Tambak Lorok, pada khususnya para ibu yang tergabung di dalam kelompok Srikandi Bahari, mencoba untuk mengolah ikan rucah tersebut menjadi sesuatu yang dapat memiliki nilai tambah. Satu upaya yang dilakukan adalah mengolah ikan rucah menjadi pupuk tanaman yang mana nantinya dapat digunakan baik itu sebagai penunjang program penamanan atau penghijauan sayur dan toga pekarangan rumah di wilayah Tambak Lorok maupun diperjualbelikan.
Bapak Anry Wijaya sebagai seorang praktisi di bidang pertanian yang kerap melakukan pendekatan dari berbagai disiplin ilmu hadir sebagai pemberi materi dan praktek pembuatan pupuk silase. Dengan sederhana, Pak Anry mulai memberikan penjelasan mendasar tentang kandungan ikan rucah sekaligus mengajak para peserta pelatihan untuk mengolahnya menjadi pupuk silase.
Pada prosesnya dalam melakukan pengolahan ikan rucah menjadi pupuk cair tidak begitu sulit. Beberapa media atau peralatan yang dibutuhkan, misalnya, dapat menggunakan alat rumah tangga, antara lain, blender untuk menghaluskan ikan rucah, alat penampung seperti jerigen atau botol maupun tong sebagai tempat penyimpanan ikan rucah yang nantinya akan dipakai untuk melakukan fermentasi. Fermentasi tersebut kira-kira hanya membutuhkan waktu beberapa minggu sehingga pupuk siap dipanen dan digunakan ke tanaman. (ƒdr)