Pelataran rumah seorang penggerak pertanian di Dusun Belang Desa Ngaliyan tampak ramai dihadiri oleh para petani, dan kebetulan juga kedatangan para mahasiswa/i dari Universitas Diponegoro yang baru ingin memulai Kuliah Kerja Nyata. Pak Nardi selaku tuan rumah bermaksud untuk melakukan pelatihan pembuatan pupuk Biosol dari kotoran ternak seperti kambing maupun sapi.
Pelatihan yang diadakan pada hari Kamis 12 Juli 2018 tersebut merupakan bentuk tindak lanjut LPUBTN setelah melakukan kunjungan pada bulan sebelumnya, yang mana kiranya penting untuk memanfaatkan dan mengolah kotoran ternak seperti kambing maupun sapi untuk menjadi pupuk. Selama ini para petani yang juga memelihara ternak acapkali belum memaksimalkan potensi yang ada di lingkungan sekitar. Padahal potensi tersebut bukan melulu berupa kemampuan tertentu, melainkan kemauan untuk melakukan sesuatu.
Sebagai wujud komitmen pendampingan di Desa Ngaliyan, Kecamatan Bejen, Kabupaten Temanggung, LPUBTN terus berupaya memberikan pelbagai alternatif dalam melakukan pemberdayaan masyarakat di bidang sosial ekonomi, salah satunya adalah dengan pelatihan pembuatan pupuk biosol.
Pelatihan ini dipandu oleh Pak Anri Wijaya selaku pendamping dan penggerak di LPUBTN. Adapun tujuan pelaksanaan pelatihan ini adalah agar para petani mulai berkemauan untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia, sekaligus memberi stimulus kesadaran untuk memanfaatkan kotoran ternak sebagai bahan pupuk organik rasional. Artinya, pupuk dibuat dengan memanfaatkan maupun mengolah kotoran ternak dengan campuran pupuk sintentis. Rasionalisasi pada proses ini adalah mempertemukan hasil kreasi manusia, yakni sintentis, dengan pupuk tradisional berupa pupuk kandang.
Narasumber menekankan bahwa pada prinsipnya pembuatan pupuk dari kotoran ternak tersebut adalah mudah, cuma memang terkadang petani tidak mau repot. Bahkan, perhitungan nilai ekonomis penggunaan pupuk biosol lebih menguntungkan dibandingkan dengan pupuk hasil produksi pabrikan. Oleh karena itu, penambahan pupuk sintetis terhadap kotoran ternaik ini hanya dimaksudkan untuk mempercepat proses fermentasi dan nantinya dapat dengan mudah diserap tanah.
Selama lebih kurang dua jam, pelatihan pembuatan pupuk biosol ini mencakup pemaparan tentang pentingnya pupuk organik rasional dan bagaimana cara pembuatannya. Penggunaan pupuk tersebut dinilai sangat penting karena sangat ramah terhadap tanah maupun lingkungan, bahkan kesuburan tanah pun dapat terjaga dengan baik secara berkelanjutan.
Sementara itu, beberapa bahan yang diperlukan untuk pembuatan pupuk biosol ini antara lain, kotoran ternak baik itu kambing maupun sapi, kapur dolomite, belerang, pupuk npk, tanah dan air, serta terpal sebagai wadah sekaligus menjadi bungkus fermentasi. Waktu yang diperlukan untuk proses fermentasi tersebut adalah kurang dari lima belas hari. Kemudian pupuk biosol yang sudah berbentuk pasir pun sudah dapat digunakan di tanah pertanian maupun perkebunan.
Penggunaan pupuk biosol ini dapat menjadi alternatif dalam memenuhi kebutuhan petani sekaligus mengantisipasi kelangkaan pupuk yang mana kadang-kala terjadi. Di samping itu, pupuk biosol pun dapat mengurangi laju kerusakan tanah yang semakin parah. Apabila petani selalu penggunaan pupuk pabrikan atau kimia seperti urea, misalnya, maka tanah akan mengandung kadar keasaman yang tinggi. Alhasil, hasil yang diperoleh para petani tidak dapat maksimal dan kualitas tanah lambat laun menurun. Celakanya lagi, petani kian hari semakin mengalami ketergantungan yang fatal pada pupuk yang disediakan oleh pasar. (ƒdr)